Menjawab tuduhan dari media Tempo bahwa “wabah Corona yang merebak di China sebagai azab dari Allah” adalah informasi sesat.
Saya sampaikan, kalau mau memastikan benar tidaknya informasi bahwa kemunculan virus Corona di China terkait dengan musibah Allah atau bukan, maka sebaiknya tim dari Tempo Media mewawancarai langsung Allah subhanahu wa ta’ala, apakah “zat” yang maha esa itu benar-benar pihak yang menurunkan Corona atau bukan, dan apakah Corona itu sebagai musibah kepada negara China. Karena subjek yang di sebutkan menurunkan musibahnya dalam informasi itu adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Sementara menyoal virusnya berasal dari mana dan mau kemana, apakah berasal dari kelelawar, ular atau kodok sekalipun, itu hanyalah media penyebabnya saja. Sama seperti si fulan yang mati ketabrak mobil, ketabrak mobil hanya media penyebabnya. Sementara yang membuat si fulan mati adalah Allah yang memerintahkan malaikat untuk mencabut nyawanya.
Kecuali anggota tim dari Tempo Media adalah orang-orang munafik, Atheis atau agnostik, seharusnya tidak bisa begitu saja mencap informasi itu sesat sebelum mendapatkan penjelasan langsung dari subjeknya yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Si penyebar informasi itu, termasuk saya sendiri, menulis “CORONA SEBAGAI MUSIBAH DARI ALLAH KEPADA KAUM CHINA PENINDAS MUSLIM UIGHUR DAN KESOMBONGAN PENGUASA MEREKA” di media Assunnah.ID (https://assunnah.id) tak lain karena Allah subhanahu wa ta’ala sendiri yang mengatakannya atau memfirmankannya dalam Alquran:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”– QS. Asy Syura: 30
Dalam surat lainnya Allah subanahu wa ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
Artinya:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allâh; dan Barangsiapa beriman kepada Allâh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.”– at-Taghâbun: 11
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۚ وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Artinya:
Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allâh jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allâh.– al-Ahzâb: 17
Anggapan Sinis Orang-orang Kafir Bahwa Musibah Adalah Peninggi Derajat Bagi Muslim
Banyak dari mereka orang-orang kafir beranggapan sinis saat orang-orang muslim berkata, bahwa:
“musibah yang menimpa manusia adalah musibah bagi orang-orang kafir, dan merupakan cobaan dari Allah subhanahu wa ta’ala sebagai media penghapus dosa dan peninggi derajat bagi orang-orang beriman (muslim) yang sabar.”
Untuk menjawab kesinisan ini, saya berkata:
“demi zat yang jiwaku berada dalam genggamannya (Allah subhanahu wa ta’ala), saya tidak perduli sedikitpun dengan apapun tanggapan orang-orang non-muslim tentang pernyataan saya dan kebanyakan muslim di atas. Bagi saya, kepercayaan saya kepada Allah dan rasulnya (Al-quran dan hadits) adalah mutlak dan tidak akan kendur hati saya untuk mempercayai firman-firman Allah dan sabda rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Allah dan rasulnya menyampaikan seperti dibawah ini, maka itulah yang akan saya yakini dan percayai sampai kapanpun.”
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya:
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”– HR. Bukhari no. 5641
– Muslim no. 2573
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا-، أَنَّهَا قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ “.
Artinya:
“Dari Aisyah Ummul Mukminin ra, Beliau berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha’un (wabah penyakit), lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadaku wabah itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman.– HR Bukhari No.3474; HR an-Nasa’i di dalam as-Sunan al-Kubra (no. 7527); HR Ahmad (No. 26139)
Dan dalam riwayat lainnya,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya:
“Alangkah menakjubkannya perkara seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik dan tidak ada hal itu pada seorangpun kecuali pada seorang Mukmin. Apabila ditimpa kesenangan, dia bersyukur sehingga itu baik baginya dan bila tertimpa musibah maka dia bersabar dan itu kebaikan baginya.”HR Muslim dari Suhaib Radhiyallahu anhu
Kepada “zat yang aku berada di antara jari-jemarinya”, aku berdoa semoga keteguhanku terhadapnya tidak akan pernah luntur.
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya:
“Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allâh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”– Ali Imrân/3:101