Assunnah.ID

Media beramal jariyah dengan dakwah sunnah

Salaman Setelah Sholat Apakah di Syariatkan dan Termasuk Rukun Sholat?

Posted on

Berbeda dengan hukum asal makanan, yaitu semua halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. Ibadah dalam syariat agama berkebalikannya, yaitu hukum asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkannya. Maka begitu pula dengan rukun-rukun dalam sholat yang telah di tetapkan oleh Allah melalui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Yang jadi pertanyaan adalah, apakah dalam rukun-rukun sholat yang di syariatkan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, salaman dengan orang lain setelah sholat adalah termasuk rukun sholat?

Merutinkan Salaman Sehabis Shalat = (Akan) Mengubah Rukun-rukun Shalat

1. Merubah Rukun Sholat
Perlu di catat, dalam tulisan ini , bukan salamannya yang haram. Tapi menempatkannya (salaman itu) pada kondisi / ibadah dimana Allah dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah menetapkan rukunnya disana, itu yang disebut lancang. Kamu menambah & mengurangi (mengubah-ubah) syariat artinya kamu bersikap lancang kepada Allah.

Misalnya: Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan sholat, dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah menunjukkan rukun-rukun sholat, lalu umatnya menambah-nambahi rukun sholat itu (termasuk misalnya merutinkan salaman sehabis sholat), itulah yang haram, karena itu merubah rukun shalat.

Dengan kata lain salaman hukum asalnya boleh jika dilakukan di luar rukun suatu ibadah, dan dilakukan dengan mahramnya. Namun jika salaman dilakukan di dalam suatu ibadah yang telah ditetapkan rukun-rukunnya dalam syariat, maka ini yang tidak boleh.Merubah Rukun Sholat

2. “Akan” Merubah Rukun Sholat
Bahkan meski kita tidak berniat menjadikan salaman itu termasuk dalam rukun sholat, pikirkan juga bagaimana orang disekitar yang melihatnya, yang tak berilmu (seperti anak-anak), maka dia bisa menganggap salaman itu termasuk dalam rukun sholat. Itu artinya mudharatnya ada, yang di masa depan kelak saat ia dewasa, ia akan menganggap salaman sehabis sholat itu sebagai bagian dalam rukun sholat. Sehingga di masa depan lambat laun rukun sholat pun akan berubah di generasi anak/cucu kita.

Saya tanya, apakah Allah dan rasulnya telah menetapkan rukun-rukun shalat? Ya, telah di tetapkan. Apakah dalam rukun-rukun sholat yg telah ditetapkan termasuk di dalamnya bersalaman? Tidak! Lalu mengapa kamu merutinkannya seolah-olah itu bagian dari rukun sholat? Kalaupun kamu menganggap itu bukan bagian dari rukun sholat, bagaimana dengan orang-orang disekitar yang tidak memiliki ilmu (anak kecil, dsb) yang melihatnya? Mereka akan menganggap salaman itu sebagai rukun sholat. Lalu di generasi-generasi selanjutnya saat kamu sudah wafat maka seluruh umat setelahmu akan menjadikan salaman sebagai bagian dalam sholat mereka. Mudharatnya ada.

Salaman Karena Ngalap Berkah dari Ulama / Imam

Lalu salaman karena ngalap berkah atau meminta berkah seperti yang umum dilakukan sufi, yaitu mengharap berkah dari ulama-ulama mereka atau imam mereka. Sebenarnya, untuk apa kita setiap hari sholat membaca Alfatihah?

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Artinya:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”

QS. Al-Fatihah: 5

Ketahuilah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan kita batasan-batasan dalam menunaikan ibadah. Ibadah harus seperti ini dan seperti itu, begini dan begitu. Lalu Allah memperingatkan dalam firmannya:

لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ

Artinya:
“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.”

– An-Nisaa’/4: 171

Bahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam saja, makhluk paling beriman dan bertakwa di muka bumi ini, orang paling alim diantara seluruh alim ulama di dunia ini, beliau tidak menyukai jika orang-orang menyanjungnya secara berlebihan (bertolak belakang dengan sufi, yang berupaya bersalaman dengan alim ulama mereka agar mendapatkan berkah). Apa kata Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam?

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِيْ فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِيْ أَنْزَلَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

Artinya:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.”

– HR. Ahmad (III/153, 241, 249)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Muadz apakah kamu tahu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba? Muadz menjawab, ‘Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui’, Beliau pun bersabda, ” Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya adalah supaya mereka beribadah kepada Allah saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya”.(HR. Bukhari no.2856).

Artinya, salaman itu boleh. Tapi salaman “dengan niat mendapatkan berkah” dari ulama atau alim, apalagi menganggap sholat tidak berkah/afdhol jika tidak salaman, itu adalah syirik.

Ketahuilah, meminta berkah dan rahmat kepada Allah adalah ibadah. Sementara memberikan berkah dan rahmat kepada makhluk adalah hak prerogatif Allah, kuasa Allah. Saya tanya, manusia mana di muka bumi ini yang bisa memberikan berkah kepada makhluk lainnya? Tidak ada. Lantas kenapa ada orang yang ngalap berkah kepada alim ulama?

Next case, masih dengan jawaban serupa, baca kembali, bahwa salaman hukumnya boleh, selama tidak ditempatkan pada perkara yang Allah dan rasulnya telah tetapkan. Salaman di tengah jalan, apakah Allah dan rasulnya tetapkan cara berjalan yang WAJIB bagimu harus begini dan begitu? Tidak ada. Maka silahkan bersalaman di jalan (dengan muhrimnya). Namun menempatkan salaman dalam perkara sholat yang Allah telah tetapkan rukun-rukunnya? Benar-benar lancang.

Menjawab syubhat Baha yang banyak orang bawa, bahwa salaman gak boleh, lah kenapa habis sholat orang-orang pada megang hape. Saya tanya, Apakah setiap sehabis sholat orang-orang selalu memegang hape? Tidak! Hanya sesekali, dan beberapa orang saja yang kecanduan hape atau memang ada hajat untuk menggunakan hape. Bandingkan dengan salaman sehabis sholat yang sudah di rutinkan oleh umat di Indonesia.

Lalu, apakah orang sehabis sholat, rutin selalu ke WC? Tidak, hanya pas mules/kebelet atau ada hajat saja. Lalu bandingkan dengan salaman sehabis sholat yang sebagian umat saat ini (yang tidak berilmu) telah menganggap salaman itu sebagai bagian dalam rukun sholat.

Miris memang, umat sekarang kalau ditanya kapan sholat dimulai dan kapan berakhir, ada dari mereka yang tidak tau jawabannya (bisa kalian survei sendiri kepada teman kalian yang muslim). Mereka ada yang tidak tau kapan sholat di mulai, sebagian menganggap sholat di mulai saat melafadzkan niat. Sebagian menganggap saat istighfar 3x sebelum sholat.

Lalu saat di tanya kapan sholat selesai? Mereka menjawabnya “setelah salam”. Tapi tidak tahu salam mana yang dimaksud, apakah saat mengucap “Asalamualaikum warohmatullah”, atau setelah salaman dengan orang lain. Atau malah kebanyakan orang menganggap rukun sholat terakhir saat kita selesai doa sehabis sholat. Itulah orang yang tidak berilmu, atau menuntut ilmu dari ulama yang tidak berilmu.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala mendekatkan kita kepada ilmu, dan menjauhkan kita dari ulama-ulama yang tidak memiliki ilmu.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Leave a Reply

Your email address will not be published.*
*
*