Dakwah sunnah atau yang saat ini kebanyakan disebarkan oleh orang-orang bermanhaj Salaf, yang ia di pegang oleh orang-orang Salafi berkembang sangat cepat di Indonesia. Terutama di era sosial media sekarang ini, semakin mudah bagi manusia untuk memperoleh informasi. Termasuk salah satunya adalah sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang disebarkan oleh ulama-ulama Salaf.
Dakwah ini berkembang sangat cepat, tapi mengapa dakwah sunnah ini bisa berkembang sangat cepat? Padahal tak sedikit orang-orang yang menolak dakwah ini, bahkan sampai mengusir ulama yang mendakwahkan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka inilah jawabannya…
Setiap manusia Allah ciptakan dengan fitrah. Fitrah manusia adalah muslim, yaitu tunduk dan patuh kepada setiap perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi apapun hukum dalam agama Allah (Al-quran dan Assunnah), maka itulah fitrah yang dibawa manusia saat lahir (diberikan sepaket dengan kelahiran setiap manusia).
Hanya saja, fitrah manusia berubah seiring perkembangan dan pertumbuhan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan dan orang tua. Lingkungan membawa kita kepada maksiat, bid’ah dan khurafat. Orang tua (yg kafir) membawa diri kita kepada kekafiran. Dll.
Lalu saat manusia (yg telah keluar dari fitrah) mendengar dakwah salaf, hati manusia pasti akan tergerak dengan dakwah salaf tersebut. Kenapa? Karena apa yang disampaikan dalam dakwah tersebut pernah ada dalam diri manusia yang dibawanya saat lahir, itulah fitrah. Akan ada rasa nostalgia yang tergugah dalam diri manusia. Akan ada hati yang tergerak setelah mendengar dakwahnya.
Namun pertanyaannya, apakah manusia itu menyadari rasa nostalgia itu atau tidak. Dan kalau mereka merasakannya, apakah mereka tergerak untuk menerimanya atau tidak.
Orang yang keras hatinya seperti abu jahal, abu lahab, dkk (termasuk abu jahalahab di era modern ini), mereka akan menolak dakwah ini. Kenapa? Karena ego mereka lebih kuat dari pada iman dan ilmu mereka. Kepentingan mereka terganggu. Seperti pengharaman maulid dan Isra’ Mi’raj yang akan membuat sumber penghasilan mereka ‘meredup’. Seperti pengharaman wiridan, kenduri, syukuran dan tahlilan yang akan membuat makanan enak gratisan yang masuk ke perut mereka berkurang (ini hanya sebagian contoh kecilnya saja).
Sementara hati manusia yg masih lembut dan memiliki pemikiran yang masih sehat, mereka pasti akan mencari tahu dulu apa itu salafi, sebelum menolaknya apalagi men-judge yg tidak-tidak. Lalu saat mendengar dakwah ini (dari sumber yang benar), maka pastilah hati mereka tergerak. Dan berusaha mencari tahu lebih dalam, sampai akhirnya Allah memberi mereka hidayah, dan hati mereka kembali kepada fitrah.
Hanya saja, kesalahan sebagian orang “berhati lembut” ini adalah, mereka bertanya bukan kepada ahli ilmu (ulama sunnah), tapi kepada Facebook. Yang kita tidak tau background dari orang-orang yang menjawabnya. Karena ada banyak orang yg ngaku-ngaku ‘paling salafi’, asal judge sana-sini, sehingga yang tampak dalam dakwah sunnah adalah hal yg keras. Itulah kenapa perkembangan dakwah ini tidak selalu mulus.
Penjelasan diatas saya jabarkan berdasarkan QS Ar-rum ayat 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Fa aqim waj-haka lid-dīni ḥanīfā, fiṭratallāhillatī faṭaran-nāsa ‘alaihā, lā tabdīla likhalqillāh, żālikad-dīnul qayyimu wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya’lamụn
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
– QS Ar-rum: 30
Dari ayat di atas juga bisa kita tarik kesimpulan, bahwa syariat agama Allah itu tidak berubah, berdasarkan pada kalimat “Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” Karena fitrah manusia tidak berubah, maka syariat Allah pastilah tidak berubah juga, karena syariat itu telah Allah tanamkan menjadi fitrah dalam diri manusia.
Namun sayangnya, sifat ghulluw (berlebih-lebihan) manusia mengubah-ubah syariat Allah itu, dan muncullah bid’ah. Bid’ah ini menjauhkan manusia dari fitrahnya.
Wallahualam bishawab.
Kalau tulisan di atas benar pastilah dari Allah subhanahu wa ta’ala, sementara jika salah pastilah datangnya dari saya. Saya minta maaf atas kesalahan itu, dan saya memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas setiap kesalahan saya di dunia. Semoga Allah memberik hidayah dan taufik kepada kita semua, Insya Allah.