Assunnah.ID

Media beramal jariyah dengan dakwah sunnah

Bagaimana Cara Agar Kita Bisa Mencintai Allah Tanpa “Bertepuk Sebelah Tangan”?

Posted on

1. Cintai Allah dengan Mengerjakan Segala Perintah, Menjauhi Segala Larangan

Mencintai Allah? Pertama sih, dan yang paling utama, kerjakan yang di perintah oleh-Nya dan Rasulullâh Shalallahu alaihi wa sallam , dan jauhi segala yang di larang-Nya dan dilarang Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Mencintai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berarti mencintai Allah, dan mengikuti Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah cara untuk menunjukkan cintamu kepada Allah.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“.

– QS. Alu Imron: 31

Ketahuilah, mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam bukan dengan cara merayakan hari kelahirannya (Rasulullah) atau Maulid.

Sekarang saya tanya. Kalau kamu tidak merayakan hari ulang tahun anakmu, apa itu artinya kamu tidak mencintai anakmu? Tentu tidak kan? Lantas kalau saya tidak merayakan maulid, apa artinya saya tidak mencintai Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam? Tidak juga, saya mencintai beliau melebihi cinta saya kepada orang tua saya, anak & istri saya (kelak, karena saya belum menikah saat tulisan ini dipublikasikan) , dan diri saya sendiri.

Lantas bagaimana cara saya menunjukkan kecintaan saya kepada beliau? Saya menunjukkannya dengan cara mengerjakan segala yg diperintahnya (WAJIB), dan saya menjauhi yg dilarangnya (HARAM). Dengan cara ini berarti kalian telah berusaha untuk mencintai Allah.

“Ibnul Qayim rahimahullah berkata, bahwa Mereka yang mencintai Allâh Azza wa Jalla , yaitu orang yang menunaikan yang WAJIB, berhenti pada BATASAN-BATASAN-Nya.”

2. Jangan Tinggalkan yang Sunnah, Hiraukan Saja yang Makruh. Maka Allah akan Membalas Cintamu

Setelah saya berhasil melakukannya, saya naikkan level kecintaan saya kepada Allah dan rasulnya dengan mengerjakan yang di sunnah kannya dan menjauhi yg di makruhkannya. Saya memang tidak sanggup langsung mengerjakan seluruhnya, tapi saya berusaha mengerjakannya meski perlahan-lahan.

Setelah kamu berhasil mengerjakan yang diperintah dan disunnah kan, lalu menjauhi yg haram dan di makruhkan, maka cintamu yg sebelumnya tidak ada sama sekali akan mulai tumbuh. Cintamu yang sebelumnya ada akan mulai membesar. Cintamu yg sebelumnya sudah besar akan semakin membesar. Dan perasaan cintamu kepada Allah dan rasulnya akan terus meningkat seiring dengan rutinitas dan meningkatnya amalan yang kamu kerjakan, dengan kehendak Allah. Dan tumbuhnya iman di hatimu, adalah bukti bahwa cintamu kepada Allah tidak bertepuk sebelah tangan.

Ibnul Qayim rahimahullah kemudian melanjutkan, Mereka yang dicintai Allâh, yaitu mereka yang melakukan yang sunnah disamping yang wajib. Dan inilah yang dimaksud Ibnul Qayyim rahimahullah dengan ucapannya: [Hal ini akan menghantarkan hamba menuju tingkatan memperoleh cinta-Nya (mahbûbiyyah) setelah menggenggam tingkatan mencintai-Nya (mahabbah)].

Penjelasan Ibnul Qayim rahimahullah di atas di dasarkan pada hadits qudsi dibawah ini.

Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”

– HR. Al-Bukhâri 6502 Fathul Bârî (11/348)

3. Kecintaan Tak Akan Bisa muncul Tanpa Ibadah, dan Ibadah Tidak Bisa Ditegakkan Tanpa Ilmu!

Oh ya, dan satu lagi yang tidak kalah penting adalah ILMU! Karena ibadah tidak akan bisa dibangun tanpa ilmu. Maka galilah ILMU AGAMA sedalam mungkin. Kamu tidak akan tau apa saja perintah Allah dan apa saja yang dilarangnya tanpa ilmu. Karena ibadah itu bukan cuma syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Tapi ada banyak yg lainnya. Dan “larangan” Allah itu bukan cuma babi, tapi ada banyak lagi lainnya. Alquran itu diturunkan bukan cuma untuk di baca, tapi di pahami, di tadaburi, dikaji, dan di praktekkan. Karena jika sekedar membaca, orang-orang fasik, fajir, dan munafik juga bisa membaca Alquran bahkan lebih fasih dan indah membacanya dari pada kamu.

Dan ingat istilah “mengaji alquran” itu asal katanya adalah “Mengkaji Alquran”. Maka alquran itu yang penting adalah mengkajinya, bukan membacanya. Gimana caranya kalau gak ngerti bahasa arab? Datang ke Pengajian. Alhamdulillah, sekarang ada Youtube. Ada ustad2 yang membagi ilmunya di Youtube, semisal channelnya Ust. Khalid Basalamah, Ust Syafiq Reza Basalamah, Ust. Abu Yahya Badrussalam, Ust. Dzulqarnain Muhammad Sunusi (DzulqarnainMS), Ust Firanda Andirza (orang Indonesia yang jadi pendakwah tetap di masjid Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, yaitu Masjid Nabawi Madinah) , dll. Kalau gak sanggup kuotanya, download mp3 nya. Pakai tools convert semisal https://mp3offline.org

Dan juga, ilmu itu tidak hanya datang dari alquran, tapi juga hadits. Hadits-hadits yang shahih terutama, dan hasan. Allah turunkan Alquran tak lain sebagai petunjuk buat kalian, dan Allah utus Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam tak lain sebagai guru yang menjelaskan kepada kalian tentang isi Alquran. Beliau shallallahu alaihi wa sallam memang sudah wafat, tapi perkataannya (sabda-sabdanya), perilakunya, persetujuannya, jalan hidupnya, dan segala hal yang berkaitan tentangnya yang menjelaskan dan menjadi contoh hidup Alquran terukir abadi dalam setiap butir haditsnya.

Allah subhanahu wa ta’ala SANGAT MENCELA ORANG-ORANG YANG TIDAK BERILMU. Sehingga menjadikan apa yang mereka upayakan dalam kebajikan itu seperti debu yang beterbangan.

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.

– QS Al-Furqan: 23

Ayat yang menerangkan tentang keutamaan ilmu dan celaan terhadap orang yang beramal tanpa ilmu:

Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh, bagaikan orang yang bisa melihat dengan orang yang buta.

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?

– Ar Ra`ad:19

Bahkan tidak sekedar buta, akan tetapi juga tuli dan bisu . Di berbagai tempat dalam Al Qur’an Allah mencela orang-orang yang bodoh, yaitu:

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

– Al Araf:187

dan

وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Dan kebanyakan mereka tidak berakal.

– Al Maidah:103

Bahkan orang-orang yang tak berilmu itu, mereka disamakan dengan binatang, dan lebih dungu daripada binatang:

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah, ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa.

– Al Anfal: 22

Saya akan coba jelaskan, kenapa orang-orang bodoh itu bisa sampai mendapat celaan seperti itu dari Allah subhanahu wa ta’ala, dan apa kaitannya dengan tulisan saya yang mengatakan bahwa Ibadah itu Tidak Bisa Ditegakkan Tanpa Ilmu!

Karena orang yang beribadah tanpa ilmu, yaitu orang-orang yang beribadah tanpa tau ilmu agama, mereka itu tidak tau dari mana asalnya ibadah mereka itu, yang pada akhirnya bukannya beribadah tapi malah mengubah-ubah rukun ibadah itu. Alasannya, karena mereka tidak memeriksanya di Alquran maupun hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai rukun-rukun sholat, rukun wudhu, dan ibadah-ibadah lain yang Allah dan rasulnya perintahkan. Akibatnya apa kalau sampai orang-orang beribadah tanpa ilmu? Hasilnya adalah inovasi dalam agama, perubahan pada syariat-syariat Allah, bid’ah-bid’ah bermunculan.

Orang-orang yg berilmu itu setiap ibadahnya sesuai dalil, yaitu Al-quran dan hadits, dan petunjuk mereka benar karena berasal dari Allah dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Sementara orang bodoh yang tak tau ilmu agama, apa landasan mereka beribadah? Ya, mereka beribadah berlandaskan ikut-ikutan atau anjuran nenek moyang. Kalau ada satu orang bodoh ibadah di masjid yang selesai sholat mereka mengusap wajah, maka orang bodoh lain yang melihatnya akan mengikutinya, karena nampaknya hal itu bagus menurutnya. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak melakukannya.

Contoh lain adalah saat ada orang bodoh berdzikir sehabis sholat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, maka orang bodoh lain akan mengikutinya karena melihat orang tersebut sangat menghayati dzikirnya sampai-sampai kepalanya geleng-geleng. Padahal Rasulullahh shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, sehabis sholat mereka sendiri-sendiri. Saat rasulullah berdzikir “subhanallah”, ada sahabat yang berdoa, dan ada sahabat lain yang berdzikir “Alhamdulillah”, dan bahkan ada sahabat yang langsung pulang. Semua dilakukan masing-masing, tidak secara berjamaah. Karena perintah untuk berjamaah dilakukan hanya saat sholat sampai selesai sholat saja, dzikir dan doanya tidak berjamaah. Dan juga, berdzikir itu dilakukan tanpa mengeraskan suara. Tapi orang-orang yang melakukan tradisi wiridan atau kenduri ini, malah berdzikir sampai memekikkan telinga.

Abu Musa berkata : Jika kami menuruni lembah maka kami bertasbih dan jika kami mendaki tempat yang tinggi maka kami bertakbir. Dan kamipun mengeraskan suara-suara dzikir kami. Maka berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

يَاأَيُّهَاالنَّاسُ اِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّ مَنْ تَدْعُوْنَهُ لَيْسَ بأَصَمَّ وَلاَغَائِبٍ إِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا إِنَّمَا تَدْعُوْنَ مَنْ هُوَ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِ كُمْ مِنْ غُنُقِ رَا حِلَتِهِ إِلَيْهِ

Artinya: “Wahai sekalian manusia, berlaku baiklah kepada diri kalian sendiri. Sesungguhnya yang kalian seru itu tidaklah tuli dan tidak pula ghaib. Sesunguhnya kalian berdo’a kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, yang lebih dekat dengan kalian daripada leher tunggangan kalian sendiri“.

[Disalin dari kitab Majmu’ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarrah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Albani, Penulis Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Penerjemah Adni Kurniawan, Penerbit Pustaka At-Tauhid]

Dan ada banyak bid’ah lainnya seperti tahlilan (ini bahkan haram, sampai-sampai imam Syafi’i rahimahullah melarang keras perkara ini), dll.

Jika ada benar dari Allah subhanahu wa ta’ala, dan jika ada salah maka itu pastilah berasal dari saya. Sudilah kiranya Netizen semua memaafkan saya baik di bumi ini maupun di yaumul hisab, dan saya memohon ampunan yang teramat sangat kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika ada perkataan saya yang salah dan tidak sesuai dengan firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Leave a Reply

Your email address will not be published.*
*
*