Assunnah.ID

Media beramal jariyah dengan dakwah sunnah

Ingkar Sunnah #2: Pengingkaran Terhadap Hadits (Menolak Taat Kepada Suami)

Posted on

Ingkar Sunnah, mereka yang mengklaim berpegang teguh kepada Alquran sampai pada level menolak sumber diluar itu (menolak hadits). Tapi keteguhan mereka para Quranisme terhadap Alquran patut di pertanyakan.

ingkar sunnah

Sudah bukan rahasia lagi tentunya, bahwa dalam Islam patuh dan taat kepada suami bagi istri itu adalah suatu kewajiban, setelah patuh dan taat kepada Allah dan rasulnya. Istri yang telah sah oleh ijab qabul suami dan maharnya, berarti telah masuk dalam kekuasaan sang suami, bukan lagi orang tuanya.

Bahkan okelah kalau ingkar sunnah menolak seluruh hadits, terutama dalam topik ini adalah hadits tentang malaikat yang melaknat istri yang menolak ajakan suami. Tapi tetap saja tidak mengubah hukum bahwa istri harus taat kepada pemimpinnya, yaitu suami. Dalam hal ini, mereka (quranism atau ingkar sunnah) menolak jika istri harus benar-benar taat dan patuh kepada suami.

Dalam pemahaman Ahlus sunnah sendiri taat kepada suami itu adalah kewajiban. Yang namanya wajib ya harus di kerjakan. Jadi kalau ada perintah suami, selama itu tidak dalam bentuk kemaksiatan kepada Allah, ya musti di kerjakan. Sekarang, bagaimana dengan ingkar sunnah yang mengklaim mereka paling berpegang kepada Quran?

Allah berfirman dalam Alquran bahwa salah satu kewajiban umat muslim adalah taat kepada pemimpin.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-nisa: 59)

Siapa Ulil Amri? Ulil Amri adalah penguasa, pemimpin, orang yang berkuasa atas suatu kelompok manusia tertentu. Kalau dalam pemerintahan, dialah raja, presiden, dsb. Kalau dalam level kabupaten dialah Bupati, taat kepada bupati termasuk taat kepada presiden karena Bupati merupakan perpanjangan tangan presiden untuk membantu presiden mengatur dan mengelola wilayah kekuasaannya, kecuali jika bupati memerintah B tapi presiden memerintah A, maka kita harus ikut kekuasaan tertinggi yaitu perintah Presiden. Presiden inilah yang mengatur rakyat, namun biasanya keputusannya (aturan, red) lebih bersifat global, kepada khalayak. Perintahnya tidak khusus kepada orang tertentu.

Begitu pula dengan sholat, yang entah bagaimana sholatnya Ingkar Sunnah, tapi dalam ahlus sunnah jelas bahwa saat sholat makmum harus taat kepada pemimpin mereka yaitu imam.Imam adalah pemimpin yang berkuasa atas kelompok makmum saat sholat. Sehingga makmum tidak boleh mendahului imam saat sholat.

Begitu pula pemimpin saat safar, saat suatu kelompok kafilah sudah menunjuk atau memiliki pemimpin, maka anggota kelompok kafilah harus mengikuti pemimpin mereka.

Lalu bagaimana dengan suami? Suami termasuk pemimpin yang memimpin kelompok manusia tertentu. Siapa yang ia kuasai dan ia pimpin maslahat atas kekuasaannya? Itulah istri dan anak-anaknya. Suami adalah pemimpin atas istri dan anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala, masih dalam surat yang sama:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An Nisa’: 34)

Peirntah untuk patuh dan taat kepada suami itu adalah ujian bagi para istri, sebagaimana umat muslim ketahui bahwa kita hidup di Bumi ini adlalah ujian. Jadi, jika suami mengajak istri berjima’, apakah anda akan menurutinya, atau mengabaikannya?

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur (mani laki-laki dan perempuan) untuk mengujinya, karena itulah Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan[76]: 2)

Padahal Allah menjanjikan kemenangan yang besar di belakangnya (bagi istri-istri yang bersabar atas permintaan suami).

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155)

Di akhir, jika kamu menjalani ujian di dunia ini, sesungguhnya Allah maha mengetahui isi hati kamu. Apakah kalian pantas merasakan dongkol atas ujian yang Allah berikan untuk taat kepada suami, sampai-sampai kalian merusak kitabullah (Alquran) dan membuat penafsiran-penafsiran yang kacau, dan membuat kerusakan (kontradiksi) dalam kitabullah, sementara kalian berkata “kamilah yang membuat perbaikan

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Hingga Allah tahu dengan ujian itu -dan Allah Maha Tahu sebelum diuji, tapi itu sebagai hujjah bagi manusia sehingga tidak bisa membantah/mengingkari- antara orang-orang yang jujur imannya dan orang-orang yang dusta imannya.” (QS. Al-Ankabut: 3)

Ya, mereka (quranis/ingkar sunnah) adalah orang yang berbuat kerusakan,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (QS Al-baqarah: 11)

Dan sekali lagi bahwa tulisan saya ini menunjukkan bagaimana mereka para penolak sunnah merusak Alquran. Di saat mereka berkata “Ayo… kembalilah kepada Quran“, namun di sisi lain mereka mengingkari dan merusak Alquran. Allah memerintahkan untuk patuh dan taat kepada suami, namun mereka mengingkarinya. Saat Allah berfirman untuk taat kepada pemimpin (suami) mereka pun mengingkarinya.

Nauzubillahiminzalik. Semoga kita dijauhkan dari pemahaman-pemahaman yang merusak.

Demikian.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Leave a Reply

Your email address will not be published.*
*
*