Saya lihat di di GBK penuh sesak sama Orang-orang yang laki jidatnya hitam, janggutan semua, celana cingkrang. Kalau perempuan banyak yang memakai niqab atau cadar. Tidak ada perempuan yang rambutnya terurai.
Kalau temu sapa dan komunikasi dengan orang lain, ucapannya kebanyakan asing terdengar, semacam Barakallahu fikuum, Asalamu’alaikum, jazakallahu khairan, alhamdulillah, masya Allah, Astaghfirullah, dsb. Yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebenernya ucapan yang positif saja, indah malah, karena mendoakan kebaikan kepada orang lain, dan pujian kepada sang pencipta.
Saya jadi bingung, apa yang salah dengan mereka yang umumnya berkata-kata baik, dan berpenampilan sopan seperti ini sampai ada pihak yang ingin acara ini dibatalkan. Padahal kalau di perhatikan itu semua sunnah. Ironis memang, sebagai negara berpenduduk Islam nomor wahid di seantero dunia, tapi masih ada saja yang tidak menyukai sunnah. Malahan punya kuasa untuk melarang para pemegang sunnah untuk berkumpul dan mengajak orang lain ke dalam kebaikan Islam.
Kenapa di larang? Wallahua’lam. Karena pihak panitia merahasiakan alasannya. Kenpa di Rahasiakan? Saya beropini bahwa hal ini untuk mengantisipasi dan mencegah munculnya rasa benci kepada kelompok tertentu, apalagi kalau sampai yang melarang itu adalah salah satu kelompok Islam. Maka tak heran kalau panitia merahasiakan. Jangan sampai ada tumbuh rasa benci dalam diri seorang muslim kepada saudara muslim lainnya.
Alasan lainnya kenapa panitia legowo kajian di GBK di tiadakan mungkin adalah untuk menghindari mudharat yang lebih besar, dimana nanti akan terjadi perseteruan dari kelompok tertentu, yang malah bisa merusak infrastruktur di sekitar GBK.
Alasan lain kenapa panitia legowo pengajian atau tausiyah di GBK di tiadakan tak lain adalah karena ketaatan kepada pemimpin. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Taatilah Allah, rasulnya, dan ulil amri (penguasa) diantara kalian…” (QS An-Nisa: 59).